Sabtu, 22 Februari 2014

Review Novel 3 Anak Badung





Judul Buku      : 3 Anak Badung
Penulis            : Boim Lebon
Penerbit          : Indiva Media Kreasi
Tahun Terbit    : Maret 2013
ISBN              : 978-602-8277-82-2
Tebal Buku      : 192 hlm
Ukuran            : 19 cm
Harga              : Rp25.000,-
Genre              : Novel Humor 
Pesan Cinta dalam Cerita
          Zaman yang serba susah, peliknya gencetan perekonomian, plus krisis moral menjadi penyebab terjadinya berbagai peristiwa tragis yang laris manis menghiasi headline berbagai media massa dalam dan luar negeri. Salah satu contoh peristiwa tersebut yaitu maraknya aborsi, tindakan membuang bayi dan anak, hingga pembunuhan keji terhadap darah daging sendiri. Begitu banyak jumlah anak yang tumbuh besar di jalanan dengan masa depan yang tak jelas arahnya karena terjebak pada situasi yang mengharuskan mereka melakoni hal-hal yang tak seharusnya mereka kerjakan. Begitu pula dengan cerita dalam buku ini yang menyuguhkan kisah mewakili beragam fakta tersebut dalam balutan cerita yang unik dan humoris sekaligus mengharu biru dan begitu menyentuh.

          Alkisah, tiga kakak-beradik yaitu Mola, Rama, dan Reh yang masing-masing berusia 7, 6, dan 4 tahun itu “dilepas” sang ibu, Bunga Cinta Lebay (BCL) alias Mpok Bung di sebuah kereta ekonomi menuju Yogyakarta. Mpok Bung merasa sudah tak sanggup lagi membiayai mereka dengan upahnya yang hanya seorang buruh cuci, sekaligus membalas sakit hati kepada sang suami yang sudah menyamai rekor Bang Toyib, kabur dan tak pernah pulang-pulang.
          Sepuluh tahun berlalu, ketiga bersaudara bersuara emas itu tumbuh menjadi anak jalanan namun tak menyusahkan orang lain. Tumbuh menjadi anak yang “dibuang” tak menjadikan mereka lupa kepada sang emak. Kerinduan akan sosok emak membuat mereka membulatkan tekad kembali ke ibukota demi mencari sosok yang di telapak kakinya terletak surga itu. Namun, niat baik tak selalu menemukan jalan yang mudah bukan? Ada-ada saja ujian dan hambatan. Akankah ketiga anak badung itu menemukan sosok sang emak setelah sepuluh tahun berlalu? Andainya bertemu pun, masihkah surga itu ada di bawah telapak kaki sang emak yang nyata-nyata telah membuang mereka? Akankah kerinduan itu menemukan muaranya? Simak cerita selengkapnya dalam novel ini.
***
          Sebuah novel yang menghibur dengan humor khas Boim Lebon yang kocak, namun begitu mengharukan, menyentuh, memberi hikmah dan pembelajaran sekaligus memberi “tamparan” halus untuk para ibu di dunia. Menyajikan kisah yang benar-benar mewakili sekian banyak fakta yang memilukan tentang ibu dan anak. Membaca novel ini bisa membuat pembaca tersenyum-senyum sendiri sekaligus membuat hati terujit haru.
          Cara penyajian dan penuturan cerita yang bergenre humor yang membalut fakta dan peristiwa menjadi poin plus dari novel ini. Dengan penuturan yang kocak dan menghibur pembaca tidak merasa digurui, sebaliknya dari cerita pembaca mendapat sentilan dan kesadaran, terutama bagi ibu-ibu betapa berharganya anak-anak yang telah dianugerahkan Sang Pencipta kepada mereka. Terlepas dari berbagai kesulitan dan kesempitan hidup, tak ada alasan untuk mengorbankan anak-anak sebagai tumbal demi membebaskan diri memikul tanggungjawab sebagai orang tua. Bukankah tidak dikatakan beriman suatu kaum sebelum diberikan ujian kepada mereka? Maka sebagai orang tua, terutama para ibu yang memang lebih memaknai hidup dengan kepekaan perasaan, apalagi dihimpit dengan berbagai kesusahan dan ujian kehidupan yang berat, maka sekiranya sangat penting untuk memahami bahwa anak-anak adalah permata yang mesti dilindungi sekaligus juga menjadi ujian sejauh mana seorang ibu dapat bersabar agar ungkapan surga di telapak kaki ibu tidak kehilangan maknanya.
          Selain memberikan pelajaran berharga untuk para ibu, novel ini juga memberikan pesan kepada para anak agar tetap mencintai dan menyayangi orang tua mereka, terlebih ibu yang telah bersusah payah mengandung dan melahirkan kita ke dunia. Terlepas dari sikap orang tua yang mungkin “keterlaluan” hingga tega membuang anak-anak mereka, maka anak-anak juga perlu melihat dari segi berbeda dan mengambil makna positif akan arti orang tua. Pentingnya berbaik sangka serta kebulatan tekad untuk menjadi anak yang berbakti hendaknya ditanamkan dalam diri. Bagaimanapun, meski seorang ibu dan anak berpisah dalam rentang jarak dan waktu yang kian jauh, selalu ada kerinduan akan terwujudnya kebersamaan dalam naungan sebuah ikatan keluarga. Lebih penting lagi, selalu ada kesempatan untuk menyadari kekhilafan dan memulai kehidupan baru yang lebih baik untuk kesalahan itu. Surga bagi seorang anak memang ada di bawah telapak kaki ibu, dan seorang ibu akan tetap memiliki surganya selama ia mampu menjadi ibu yang mengayomi dan mencintai anak-anaknya.
          Positifnya nilai dan hikmah yang terkandung dalam novel ini menjadikan novel ini sangat layak untuk dibaca. Semoga pembaca dapat mengambil hikmah tersebut dan menjadikannya pelajaran berharga dalam menjalani kehidupan antara orang tua dan anak-anak. Pun begitu untuk mereka para calon orang tua , jangan pernah sia-siakan anak-anak yang nantinya dikaruniakan Sang Pencipta. Untuk para anak-anak, ibumu adalah surgamu. Cinta dan kasih sayang adalah detak jantung bagi sebuah kesempitan hidup sekalipun.
Selamat membaca... ^_^

         
           

0 komentar:

Posting Komentar