Judul Buku : Serial Pingkan 2, “Seperti Daisy di Musim Semi”
Penulis :
Muthmainnah
Penerbit :
Gizone Books
Tahun Terbit : Juli 2011
ISBN :
978-602-8277-42-6
Tebal Buku : 280 hlm
Ukuran Buku : 14 cm
Harga :
Rp30.000,-
Kategori :
Fiksi Islami
Seperti Daisy di Musim Semi
Beth Bangkit mendekati
Pingkan. “Come.” Dia membuka
tangannya. Seperti orang buta Pingkan menyuruk dalam rengkuhan Beth. Ada isak
yang terlepas dari bibirnya. Kerongkongan Beth tersekat. Beth mengerti Pingkan
baru saja mengalahkan badai perasaan yang meluluhlantakkan. Pingkan berusaha
menenangkan kepatutan daripada perasaan. Bagi pingkan yang cuek, tomboy, dan
manja, ini prestasi luar biasa.
Beth tahu ada kesedihan
yang teramat sangat di dalam diri Pingkan.
Ah, Pingkan yang tercerabut
dari dunia remaja dan dipaksa tiba-tiba menjadi milik seseorang yang asing.
“I’m
proud of you, Sweetie. Really proud of you,” bisinya serak.
Matanya basah. (hlm 251)
*****
Pernah
merasakan apa yang dialami tokoh Pingkan seperti dalam novel ini? Pingkan,
gadis cuek, tomboy, dan manja itu tiba-tiba merasakan kehilangan pijakannya
ketika mengetahui bahwa sesungguhnya dirinya telah dinikahkan dengan ikhwan
itu. Ikhwan yang selama ini selalu getol mendekati Pingkan dan Pingkan tidak
suka itu. Ternyata oh ternyata, ikhwan itu berusaha mendekati Pingkan yang
memang istrinya sendiri. Pingkan yang kehilangan sebagian memori sejak
peristiwa pementungan kepalanya ketika demo (serial Pingkan 1) memang tak
pernah mengingat sedikitpun tentang momen itu. Santai saja ia menjalani
hari-harinya di Perth dan merasa terganggu sejak ikhwan itu ternyata juga
melanjutkan kuliahnya di Perth dan selalu hadir dalam hari-hari Pingkan.
Ternyata...
Kisah
yang apik dan menarik! Serial Pingkan yang ke-2 ini terdiri atas 15 bab cerita
dan sebagian besar bab berkisah tentang cerita yang berbeda namun saling
berkaitan sehingga tetap menjadi rangkaian kisah yang utuh. Pada setiap bab
kisah tentu ada pelajaran yang bisa dipetik. Inilah yang menjadi poin plus
dalam novel ini. Beragam kisah yang disajikan dalam setiap bab nya
masing-masing membawa pesan dan hikmah sehingga novel ini menjadi novel islami
yang bernutrisi tinggi. Selain itu, beragam kisahnya tidak membuat novel ini
keluar dari tema yang disajikan penulis.
Alurnya
berjalan lancar dan ringan namun juga memuat keharuan yang berkesan. Selain
itu, di bab-bab akhir ceritanya memberi kejutan yang tak disangka-sangka oleh
pembaca. Setelah pembaca “digiring” untuk menebak dengan tebakan yang berbeda
dengan kelanjutan kisahnya, misalnya, pembaca berpikir mungkin tokoh Pingkan
akan berjodoh dengan tokoh A, wah ternyata malah berbeda dan alur yang
disajikan sungguh mengejutkan. Sedikit melenceng dari harapan, sekaligus juga
melegakan. Novel ini juga sarat pesan dan hikmah. Beberapa pesan dan hikmah
yang dapat saya simpulkan dari novel ini sebagai berikut.
- Bab Cerita Sister Khalda dan Teka-Teki membuat
saya merenungkan sesuatu tentang suatu anggapan yang selama ini berkembang di
kalangan aktivis dakwah. Kadang sebagian dari kita aktivis dakwah melupakan
kenyataan bahwa kita bukanlah kumpulan para malaikat, melainkan kita tetaplah
manusia biasa yang tak terhindar dari ujian dan kesalahan. Bukankah semakin
tinggi pohon semakin tinggi pula angin yang menerpa? Kira-kira begitulah.
Ketika salah satu saudara kita dalam lingkaran dakwah ternyata melakukan
kesalahan fatal seperti yang dilakukan tokoh Sister Khalda, seharusnya kita
bisa mengantisipasi hal itu sebelumnya. Tanpa terlepas dari diri pribadi yang
bersangkutan, kepekaan dan kepedulian bisa lebih diasah untuk mendeteksi adanya
kejadian-kejadian yang tak diinginkan menimpa diri dan jamaah muslimin, seperti
kasus pemurtadan dimana muslimah merupakan sasaran yang sering dibidik kaum
kafir.
- Pentingnya
membuka mata dan mengetahui tentang adanya kekuatan yang mengintai dan bergerak
untuk menghancurkan Islam, di antaranya Mossad. Salah satu caranya yaitu dengan
penyadapan dan disebarluaskannya pornografi melalui web dan situs-situs porno.
Pesan ini dapat ditemui pada bab Balada
Komputer Rumah dan Intel Itu.
- Pada
beberapa bab selanjutnya, tersirat pesan yang kuat tentang penjagaan hati
terhadap lawan jenis. Jangan sampai membiarkan diri terbawa perasaan yang belum
semestinya dimiliki sebelum dihalalkan Islam. Apalagi sampai berzina dan
aborsi, na’udzubillah.
- Pada
bab Menjadi yang Terbaik, saya
tercenung karena memang banyak muslimah yang belum menyadari arti menjadi yang
terbaik. Banyak dari kita berlomba-lomba menjadi yang terbaik di hadapan
manusia, misalnya dengan diet ketat yang menyiksa. Padahal setiap muslimah
mestinya sadar bahwa hendaklah menjadi yang terbaik di hadapan Allah, bukan
terbaik demi perhatian sesama. Apalagi semata tentang penampilan fisik. Ikhlas,
bersabar, dan bersyukur adalah kuncinya.
- Berada
pada situasi dan hubungan yang tidak kita inginkan adalah hal yang sangat tidak
menyenangkan, apalagi dalam hal jodoh. Namun, ada kepatutan yang mesti
dimenangkan oleh manusia atas perasaan semata. Mengikhlaskan yang sudah terjadi
dan berusaha menjalani masa depan dengan sebaik-baiknya agar meraih ridho
Allah. Berat memang, tapi selalu ada manfaat dan nilai positif yang bisa
diambil.
Merangkum
semua pesan di atas, intinya, hendaknya manusia menjalani hidup sesuai
ketentuan dan ajuran Allah SWT. Tetaplah berputar seiring biduk dakwah,
layaknya Daisy di Musim Semi, indah dan bertumbuh.
Membaca
novel ini benar-benar membuat hati turut berbuncah bahagia terbawa ceritanya
yang riang, hati dan perasaan terujit-ujit dan tertampar karena sebagian
pembahasan dan kisahnya benar-benar terjadi di lingkungan sekitar dan diri
sendiri, sedih, kecewa, juga terharu. Komplit layaknya nano-nano. Tak akan rugi
memiliki novel mungil namun sarat nasihat ini.
Demikian resensi saya.
Semoga bermanfaat dan selamat membaca novelnya ^_^
0 komentar:
Posting Komentar