Judul Buku : Jangan Panggil Aku Josephine
Penulis : Afifah Afra Amatullah
Penerbit : PT. Era Adicitra Intermedia
Tahun Terbit : April, 2007 (Cet.Pertama)
ISBN : 979-3414-02-2
Tebal Buku : 198 hlm
Ukuran : 21cm
Genre : Fiksi Islami (Ideologis)
Putri Josephine, sang Kwan Im of The World, menantu dari
Roseland Kingdom, Miss Universe nan prestisius dengan sejuta keanggunan dan pesonanya itu harus menelan pil pahit atas segala skenario
keji yang dirancang pihak istana atas dirinya pasca perseceraiannya dengan
Lucas, putra mahkota Roseland yang juga menginginkan kebebasan dari cengkeraman
Ratu yang diktator.
Perjalanan Josephine dalam mencari
ketenangan malah menuntunnya bersentuhan dengan konsep dan ideologi Islam,
agama yang baginya dan bagi sebagian besar masyarakat Barat merupakan agama
para teroris. Pertemuannya dengan Adam Syuhada dan Jamila Adam merupakan awal
ketertarikannya akan Islam di tengah derasnya tudingan miring dunia pada agama
tersebut pasca tragedi WTC. Tak ada yang dapat menghalangi jika Allah
berkehendak, termasuk cahaya hidayah yang diberikan kepada Josephine. Para
pengagum dan pendukungnya berbalik memusuhi dan membencinya, pun begitu dengan
pihak istana yang gencar melakukan segala cara-cara kotor untuk menariknya dari
hidayah termasuk dengan usaha melenyapkannya. Di tengah ujian badai, Josephine
malah dilamar oleh Ahmed El-Fatah, sang don
juan pemilik perusahaan raksasa El-Fatah Group, saudara Yusuf El-Fatah yang
aktif berjuang di HAMAS untuk kemerdekaan Palestina.
Perjalanan Josephine sungguh indah dan
mengharukan namun penuh ujian. Kegigihannya setegar karang, sekokoh Kilimanjaro.
Semangatnya meledak-ledak dan membagkitkan idealisme akan kebenaran Islam.
Namun mampukah Josephine bertahan dalam gemerlap Islam ketika anak-anaknya
direbut dan dijauhkan darinya? Akankah Josephine selamat dari upaya demi upaya
untuk melenyapkannya? Akankah Josephine kembali ke Roseland untuk menjadi
penerus tahta ? Simak dan hayati kisah selengkapnya dalam novel ini.
*****
Sebuah kisah yang sangat bersemangat
dan membuncahkan idealisme yang meledak-ledak serta menyelipkan sebuah
kebanggaan akan Islam. Islam yang kaffah, yang selama ini selalu
dikambinghitamkan oleh para musuh yang menginginkan kehancurannya.
Novel ini hadir dengan kisah yang
sarat ideologi dan pemikiran Islam akan perdamaian, bukan seperti yang sering
dituduhkan musuh dan kalangan yang phobia terhadap Islam. Menghadirkan sosok
Josephine sebagai tokoh utama. Seorang tokoh yang tegar bahkan nyaris sempurna.
Membaca novel ini, saya langsung teringat dengan salah satu tokoh dunia,
Princess of Wales, Putri Diana atau yang akrab disapa oleh dunia dengan sebutan
Lady Di. Tokoh laki-laki yang
disandingkan juga mirip dengan Doddy Al-Fayed yang saat itu menjadi kekasih
(atau mungkin suami) Lady Diana, dalam novel ini diperankan oleh Ahmed
El-Fatah. Begitu juga tokoh Lucas dan Nathalia yang diseting begitu mirip
dengan Pangeran Charles dan kekasihnya, Camilla Parker. Hanya saja, tokoh
Josephine dalam novel ini ditampilkan sebagai sosok yang bisa dikatakan
melebihi Lady Diana. Mungkin hal ini disebabkan imajinasi penulis yang ingin
menampilkan tokoh mirip Lady Diana namun lebih berani, bersemangat, dan
memiliki daya juang dan militansi yang kuat terhadap Islam.
Novel ini memberikan pencerahan kepada
pembaca tentang Islam yang sesungguhnya. Menyajikan kisah perjalanan kehidupan
tokoh utama yang begitu elok dan menggelora, mempresentasikan sikap dan
pemikiran yang mendalam tentang Islam. Pemikiran yang menghasilkan perjalanan
hidup yang tidak instan, tidak juga mulus, namun penuh perjuangan dan onak
duri. Pihak kerajaan Roseland dalam novel ini mewakili kehadiran dan peran para
musuh-musuh Islam, terutama Barat dan Zionis Israel yang memang tak pernah
tenang melihat Islam tumbuh dan berkembang di dunia. Mereka bisa mengupayakan
cara-cara licik dan sangat keji untuk menghalangi pertumbuhan Islam di muka
bumi. Novel ini sangat padat informasi dan nilai-nilai Islam.
Seperti novel-novel lainnya karya Afifah
Afra yang juga bertema ideologi Islam, tokoh utama perempuannya hampir selalu
menampilkan sosok perempuan cantik, pintar, dan keras kepala. Tokoh utama dalam
novel ini sepertinya tak lepas dari bayang-bayang tokoh Johanna Rijkard pada
novel Bulan Mati di Javasche Orange, tokoh Kareen Everdeen di De Winst dan De
Liefde. Sama-sama wanita bule yang
cantik, pintar, terpelajar dan berasal dari keluarga ningrat serta sama-sama
berproses dari nonmuslim menjadi muslimah yang teguh. Hanya saja, sosok dan
kisah Josephine lebih nyata dan menginterpretasikan sosok Lady Diana yang
disinyalir kematiannya dirancang oleh beberapa pihak yang semakin khawatir dengan
sepak terjangnya jika ia memeluk Islam.
Membaca buku ini juga mengingatkan
saya pada sebuah buku karya Indra Adil, The Lady Di Conpiracy. Buku yang pernah
dilarang dan beredar secara diam-diam ini mengambil sedikit porsi tentang kisah
Lady Diana dan penyebab kecelakaan yang menewaskannya bersama Doddy Al-Fayed,
dan sebagain besar porsinya mengambil paparan tentang ideologi Islam dan
penjelannya beserta gerakan-gerakan Mossad, Illuminati dan Freemasonry.
Kesamaannya dengan novel Josephine ini yaitu bahwa kedua buku ini sama-sama
menampilkan tokoh dunia (yang satu nyata dan satunya fiksi) untuk mengulik
tentang Islam dan gerakan-gerakan yang membenci Islam. Bedanya, buku Jangan
Panggil Aku Josephine memang dibalut dengan sentuhan sastra yang kental.
Sedangkan buku The Lady Di Conspiracy membahas dengan lebih riil dan mendatail
tentang tema tersebut.
Novel Jangan Panggil Aku Josephine ini
benar-benar layak untuk dibaca dan menjadi referensi sastra yang sarat akan
nilai dan ideologi Islam. Buku yang meledakkan daya juang dan kecintaan kepada
Islam yang kaffah. Sangat bagus untuk mendongkrak semangat memperjuangkan
kebenaran Islam. Semoga bermanfaat dan selamat membaca ^_^
0 komentar:
Posting Komentar