Rabu, 19 Maret 2014

Review A Thousand Splendid Suns





Judul Buku      : A Thousand Splendid Suns
Penulis            : Khaled Hosseini
Penerbt           : Qonita (PT Mizan Pustaka)
Tahun Terbit    : April 2008
ISBN              : 979-3269-68-9
Tebal Buku      : 516 hlm
Ukuran Buku   : 20,5 cm
Genre              : Fiksi Sosial


Mariam dan Laila,
Kisah tentang Cinta dan Pengorbanan


“Hati pria berbeda dengan hati ibu, Mariam.
Rahim ibu tak akan berdarah ataupun melar karena harus menampungmu.
Hanya akulah yang kau miliki di dunia ini,
Dan kalau aku mati, kau tak punya siapa-siapa lagi.
            Tak akan ada siapa-siapa yang peduli padamu, karena kau tidak berarti
          Kalimat-kalimat bernada sinis sarat kebencian itu sudah sering dilontarkan sang Nana (ibu) kepadanya kala Mariam mendesak untuk menemui Jalil. Namun ia percaya, Jalil, sang ayah yang kaya raya serta tinggal di kota bersama ketiga istri dan anak-anaknya yang lain, sangat menyayangi dirinya. Jalil senantiasa mengunjungi Mariam dan ibu Mariam yang tak pernah dinikahinya, di kolba yang terasing setiap akhir pekan. Hingga suatu hari Mariam nekad menemui sang ayah di rumahnya di kota dan keesokan harinya ketika kembali ke kolba, Mariam mendapati ibunya telah mati gantung diri di sebuah pohon willow.


            Mariam dibawa ke rumah sang ayah. Malang, ia mesti menerima pernikahan yang dipaksakan, juga luka dan perih yang disayatkan sang suami ke jiwa dan raganya. Saat itulah, Mariam menyadari kebenaran kata-kata sang ibu. Takdir mempertemukannya dengan Laila, gadis muda yang malang, yang kemudian menjadi madunya.
            Laila, gadis muda yang cantik dan cerdas, tetangga Mariam. Perang merenggut kekayaan, orang tua, dan saudara-saudaranya. Laila ditemukan oleh Rasheed, suami Mariam kala ia terluka parah oleh sebuah serangan roket yang menghantam rumahnya. Dengan tipu daya Rasheed, Laila akhirnya menerima tawaran Rasheed menjadi istri kedua. Meski menyakiti perasaan Mariam, Laila tak kuasa menolak demi kepentingan dirinya sendiri dan buah cintanya bersama Thariq, kekasihnya di masa lalu.
            Mariam dan Laila, hidup seatap bersama suami yang kian hari kian kehilangan perikemanusiaannya. Mariam dan Laila, dua wanita berbeda usia, menjalani kehidupan rumah tangga yang tak hanya menyiksa, tapi juga perang yang berimbas pada kekeringan dan kelaparan. Konflik demi konflik  menyatukan keduanya dalam sebuah keputusan besar, yang menghubungkan mereka dalam ikatan cinta, kasih sayang, persaudaraan, dan pengorbanan.  Bagaimana Mariam dan Laila mengahadapi konflik rumah tangga mereka? Akankah Mariam dan Laila mencecap manisnya lembaran kehidupan? Apa yang terjadi dengan orang-orang dari masa lalu mereka, Jalil dan keluarnya, juga Thariq? Akankah masa-masa perang berakhir dan kedamaian kembali datang?
*****
            Sebuah novel yang manis, memadukan keahlian bertutur dan berimajinasi layaknya dongeng yang menarik-narik untuk terus mengikuti kelanjutan kisahnya. Kisah yang memilukan sekaligus juga memikat.
            A Thousand Splendid Suns ini merupakan novel kedua karya Khaled Hosseini setelah The Kita Runner yang sebelumnya menjadi bestseller dan telah diterjemahkan dalam 42 bahasa. Novel A Thousand Splendid Suns ini berkisah tentang dua perempuan Afganistan dalam upaya mempertahankan hidup yang begitu keras dengan segala kekuatan yang mereka miliki. Sebuah kisah inspiratif yang begitu mengharu biru dan meninggalkan kesan mendalam usai membacanya.
            Perpaduan konflik dan lika-liku kisah kehidupan para tokoh yang dihadirkan begitu menyentuh. Dalam novel ini, watak para tokoh ditampilkan begitu kongkret dan menonjol sehingga pembaca dibuat seolah-seolah sedang menjadi tokoh tersebut, atau setidaknya dibuat mampu menyelami karakter dari setiap tokoh yang dihadirkan. Berbeda dengan novel sebelumnya, yaitu The Kita Runner atau novel setelahnya karya Khaled Hosseini, And The Mountains Echoed yang menghadirkan begitu banyak tokoh dan konflik yang terlalu berbelit, novel A Thousand Splendid Suns ini lebih fokus pada penuturan kehidupan dua tokoh utamanya, Mariam dan Laila, sehingga pembaca pun lebih mudah menyelami konflik yang dihadirkan penulis.
            Gaya bercerita Khaled Hosseini dalam novel ini mampu mengaduk-aduk emosi pembaca, dengan tutur yang indah dan bahasa sastra yang mengagumkan. Selain itu, novel ini juga mengandung muatan sejarah bahkan konflik yang masih tersisa hingga kini di bumi Afganistan. Dalam novel ini, sebagian besar settingnya terjadi ketika perang mulai pecah di Afganistan, pendudukan Uni Soviet, perang saudara antara Pashtun dan kaum Hazara, perang antara Taliban dan Mujahidin,  dan sisa-sisa peperangan yang masih menyisakan teror dan ketakutan.
            Lewat kisah yang dihadirkan, pesan yang bisa ditangkap dari novel ini yaitu tentang kemampuan memendam emosi, kekuatan cinta, kesabaran tanpa batas, serta secercah harapan yang senantiasa selalu menyala di tengah kepungan keputusasaan. Pembaca diajak untuk selalu meyakini bahwa Allah selalu menyediakan jalan keluar bagi hamba-hamba Nya yang tak pernah berhenti berharap. Dalam novel ini, pembaca ditunjukkan bahwa perempuan-perempuan tangguh akan selalu berhasil menemukan solusi dalam mengatasi permasalahan hidup mereka, hatta mengorbankan nyawa sekalipun. Atas nama cinta, mereka berani berkorban, atas nama cinta, kasih sayang dan persaudaraan yang sesungguhnya pun akan muncul baik ketika msih bersama maupun ketika tiada. Karena cinta, menyatukan jiwa-jiwa yang terpisah ke dalan sebuah hegemoni yang utuh dan indah. Atas nama cinta, Mariam dan Laila melewati hari dengan senyum di antara luka hati dan raga mereka. Cinta, yang menyatukan dan memisahkan mereka dalam sebuah drama kehidupan yang begitu kejam dan juga keras, namun menawarkan secercah harapan.
            Oleh karena itu, novel ini sangat layak dibaca, tak hanya bagi perempuan yang ingin menyelami kisah Mariam dan Laila, tetapi karena novel ini juga mengisahkan banyak hal yang begitu menyentuh nilai-nilai kehidupan. Selamat membaca



0 komentar:

Posting Komentar