Judul
Buku :Sayap Sayap Sakinah
Penulis : Afifah Afra
Riawani Elyta
Penerbitr : Penerbit Indiva
Tahun
Terbit : Juli 2014
Tebal
Buku : 248 hlm
Ukuran
Buku : 19 cm
ISBN : 978-602-1614-22-8
Jalan Cinta, Sebuah Proses Menuju
Sakinah.
Dan
di antara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri
dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS.ar-Rum : 21)
Terjemahan ayat di atas
pasti sudah tidak asing lagi, bukan? Kita sering mendapatinya di
undangan-undangan resepsi pernikahan. Pernikahan, sebagaimana kita ketahui
merupakan impian setiap makhluk Allah yang bergelar manusia, tak peduli kaya
atau miskin, tua atau muda, perawan atau janda, perjaka atau duda, pastinya
mendamba sebuah ikatan yang disebut pernikahan. Bahkan mereka yang menjalin
hubungan pacaran pun, meski jelas-jelas terlarang, sebagian besar beralasan
bahwa pacaran yang mereka jalani merupakan proses penjajakan menuju pernikahan.
Ya, pernikahan. Sebuah
ikatan yang sering disalah artikan sebagai sebuah akhir dari sebuah proses
penjajakan, padahal bagi mereka yang memahami, pernikahan justru merupakan sebuah
gerbang awal menuju kehidupan baru untuk meraih ridho Allah. Pernikahan merupakan
sebuah proses yang akan menghantarkan manusia menuju surga, juga sebaliknya.
Betapa miris kita menyaksikan fenomena perceraian yang sering diberitakan di
televisi, terutama di kalangan selebritis tanah air. Ada yang menikah
bertahun-tahun kemudian berpisah, ada yang hanya dalam hitungan bulan, bahkan yang
menikah dalam hitungan jam kemudian bercerai juga ada, tapi yang ini menimpa
artis di luar negeri sana. Mengerikan ya ... Padahal pernikahan dan rumah
tangga seharusnya menjelma sakinah, mawaddah, dan rahmah yang menentramkan
manusia, seperti makna yang terkandung dalam ayat di atas. Lalu, apa sebenarnya
sakinah, mawaddah, dan rahmah yang konon selalu menjadi doa andalan para
hadirin tatkala menjabat tangan sang mempelai sesaat setelah akad atau ketika resepsi
itu? Mari kita fokuskan pada bahasan tentang sakinah dulu yang dipaparkan
Afifah Afra dan Riawani Elyta dalam buku duet terbitan Indiva, Sayap Sayap
Sakinah.
Dalam ayat pada
QS.ar-Rum : 21 terdapat kata litaskunu
ilaiha yang berarti merasa tenteram kepadanya. Litaskunu berasal dari kata sakinah, yang berarti nyaman,
cenderung, tenteram, tenang. Sedangkan kata ilaiha
merujuk bahwa rasa sakinah itu berarti kepada yang dicintainya, yaitu
pasangannya. Mengutip sebuah ayat dari QS.al-Baqarah : 187 : Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun
pakaian bagi mereka. Maksudnya, sepasang suami harus bisa saling menutupi,
menjaga, merawat, memberi kehangatan, menjadi perhiasan, saling mengganti,
menyempurnakan, tolong-menolong dalam menanggung beban hidup, bersama-sama
dalam merasakan kenikmatan, dan sebagainya. (Sayap Sayap Sakinah : 45). Lalu, jika makna sakinah memang seperti
itu, lantas mengapa banyak pasangan yang saling cecar dan saling meninggalkan
karena alasan tak lagi cocok? Tentu ada penjelasannya.
Sakinah, bukanlah
sebuah rasa atau hadiah yang datang begitu saja dalam sebuah pernikahan. Hadiah
berupa sakinah dalam sebuah rumah tangga merupakan ketenteraman yang datang dari
sebuah proses sedari awal manusia meniatkan dan merencanakan pernikahan itu
sendiri. Proses yang dimaksud salah satunya adalah jalan yang ditempuh seorang
insan jauh-jauh hari sebelum menuju pernikahan. Jalan yang dimaksud yaitu
menjaga diri dari hal-hal yang dapat menjerumuskan manusia ke lembah kenistaan,
misalnya pacaran yang tak pernah jauh dari praktik perzinahan. Pribadi yang
menjaga diri dan senantiasa memperbaiki akhlak dengan menjaga pandangan dan
hati dari hal-hal yang dapat mencemarinya tentu akan menempuh jalan yang ahsan
untuk menuju pernikahan. Sembari terus meng-upgrade
akhlak diri, niat untuk menyempurnakan separuh diin itu pun mesti dikokohkan sedari awal, yaitu dengan tujuan
untuk mencapai sakinah dan meraih ridho Allah SWT.
Jadi, jika ingin meraih sakinah maka jangan pacaran sebelum
menikah? Betul sekali. Lalu bagaimana bisa menemukan kecocokan dan saling
mengenal sebelum memutuskan untuk menikah dengan seseorang? Ada solusinya.
Pacaran, tak jauh-jauh dari perzinahan yang dapat merusak akhlak dan kesucian
jiwa yang dapat menyebabkan Allah tidak meridhoi kita. Jika Allah sudah tak
ridho, kemana lagi mencari bahagia. Oleh karena itu, sebagai solusi, manusia
perlu merencanakan jodoh terbaik yang dimulai dengan memperbaiki akhlak dan
diri sendiri. Manusia tidak akan mampu mendahului takdir, tapi setidaknya,
Allah tidak akan mengingkari janji-Nya untuk memasangkan lelaki yang baik
dengan perempuan yang baik, begitu juga sebaliknya. Banyak orang yang sombong
dan sering melupakan bahwa jodoh adalah kuasa Allah sehingga mereka sering
dibutakan nafsu dunia. Na’udzubillah.
Lalu, menikah tanpa
didahului cinta, bisakah? Bisa!
Ketika ijab qabul sudah
terucap, maka antara suami istri otomatis tercipta hak dan kewajiban atas satu
sama lain. Hak dan kewajiban yang indah dan berkah karena melibatkan Allah Sang
Mahacinta. Antara laki-laki dan perempuan beriman, cinta yang paling tinggi
tentulah kepada Allah SWT. Menjadikan cinta kepada Allah sebagai poros cinta
antara suami istri, maka cinta akan tumbuh dengan sendiri antara keduanya tanpa
paksaan. Cinta yang seperti ini bahkan lebih indah dan bermakna, penuh kejutan
karena apa yang sebelumnya diharamkan, menjadi halal tanpa batasan, sesuai syariat
Allah.
Kalau begitu, sakinah akan tercipta ya? Insya Allah. Dalam
pernikahan, ada ruang yang harus kita sediakan untuk saling mengisi dan
menerima kekurangan pasangan. Pernikahan tak selalu indah, banyak pernak pernik
dengan segala rasa yang setia menyambangi. Jangan sampai timbul penyesalan di
kemudian hari ketika pernikahan atau pasangan ternyata tak seindah impian. Akan
selalu ada jawaban bagi setiap pertanyaan dan persoalan dalam kehidupan berumah
tangga. Jangan pernah takut untuk membina rumah tangga karena jodoh adalah
rahasia Allah dan sakinah hanya akan diraih melalui jalan pernikahan yang baik
dan “terjaga”. Intinya, niat Anda mengapa ingin menikah, proses yang baik
menuju pernikahan, dan proses mencintai untuk menggapai sakinah.
Sesederhana itukah
pembahasannya? Tentu tidak. Buku Sayap Sayap Sakinah ini menyajikan menu yang
lengkap tetapi lezat untuk disantap, bahasanya ringan dan tak akan susah
“dikunyah” juga “ditelan”. Ditulis oleh dua penulis tanah air yang mumpuni yang
telah menulis banyak buku fiksi dan nonfiksi, meraih berbagai penghargaan
menulis. Sangat direkomendasikan untuk Anda yang sedang menyiapkan diri menuju
pernikahan, bagi Anda yang sudah menikah, lengkap dengan pernak-pernik walimah
juga kiat sukses berumah tangga. Mari membangun cinta penuh barakah, menyulam
sayap sayap sakinah menuju jannah. Aamiiin...
Selamat membaca. Semoga
resensi ini bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar