Minggu, 25 Oktober 2015



Judul Buku      :Sayap Sayap Sakinah
Penulis             : Afifah Afra
                          Riawani Elyta
Penerbitr          : Penerbit Indiva
Tahun Terbit    : Juli 2014
Tebal Buku      : 248 hlm
Ukuran Buku  : 19 cm
ISBN               : 978-602-1614-22-8

Jalan Cinta, Sebuah Proses Menuju Sakinah.
Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS.ar-Rum : 21)
Terjemahan ayat di atas pasti sudah tidak asing lagi, bukan? Kita sering mendapatinya di undangan-undangan resepsi pernikahan. Pernikahan, sebagaimana kita ketahui merupakan impian setiap makhluk Allah yang bergelar manusia, tak peduli kaya atau miskin, tua atau muda, perawan atau janda, perjaka atau duda, pastinya mendamba sebuah ikatan yang disebut pernikahan. Bahkan mereka yang menjalin hubungan pacaran pun, meski jelas-jelas terlarang, sebagian besar beralasan bahwa pacaran yang mereka jalani merupakan proses penjajakan menuju pernikahan.
Ya, pernikahan. Sebuah ikatan yang sering disalah artikan sebagai sebuah akhir dari sebuah proses penjajakan, padahal bagi mereka yang memahami, pernikahan justru merupakan sebuah gerbang awal menuju kehidupan baru untuk meraih ridho Allah. Pernikahan merupakan sebuah proses yang akan menghantarkan manusia menuju surga, juga sebaliknya. Betapa miris kita menyaksikan fenomena perceraian yang sering diberitakan di televisi, terutama di kalangan selebritis tanah air. Ada yang menikah bertahun-tahun kemudian berpisah, ada yang hanya dalam hitungan bulan, bahkan yang menikah dalam hitungan jam kemudian bercerai juga ada, tapi yang ini menimpa artis di luar negeri sana. Mengerikan ya ... Padahal pernikahan dan rumah tangga seharusnya menjelma sakinah, mawaddah, dan rahmah yang menentramkan manusia, seperti makna yang terkandung dalam ayat di atas. Lalu, apa sebenarnya sakinah, mawaddah, dan rahmah yang konon selalu menjadi doa andalan para hadirin tatkala menjabat tangan sang mempelai sesaat setelah akad atau ketika resepsi itu? Mari kita fokuskan pada bahasan tentang sakinah dulu yang dipaparkan Afifah Afra dan Riawani Elyta dalam buku duet terbitan Indiva, Sayap Sayap Sakinah.
Dalam ayat pada QS.ar-Rum : 21 terdapat kata litaskunu ilaiha yang berarti merasa tenteram kepadanya. Litaskunu berasal dari kata sakinah, yang berarti nyaman, cenderung, tenteram, tenang. Sedangkan kata ilaiha merujuk bahwa rasa sakinah itu berarti kepada yang dicintainya, yaitu pasangannya. Mengutip sebuah ayat dari QS.al-Baqarah : 187 : Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun pakaian bagi mereka. Maksudnya, sepasang suami harus bisa saling menutupi, menjaga, merawat, memberi kehangatan, menjadi perhiasan, saling mengganti, menyempurnakan, tolong-menolong dalam menanggung beban hidup, bersama-sama dalam merasakan kenikmatan, dan sebagainya. (Sayap Sayap Sakinah : 45). Lalu, jika makna sakinah memang seperti itu, lantas mengapa banyak pasangan yang saling cecar dan saling meninggalkan karena alasan tak lagi cocok? Tentu ada penjelasannya.
Sakinah, bukanlah sebuah rasa atau hadiah yang datang begitu saja dalam sebuah pernikahan. Hadiah berupa sakinah dalam sebuah rumah tangga merupakan ketenteraman yang datang dari sebuah proses sedari awal manusia meniatkan dan merencanakan pernikahan itu sendiri. Proses yang dimaksud salah satunya adalah jalan yang ditempuh seorang insan jauh-jauh hari sebelum menuju pernikahan. Jalan yang dimaksud yaitu menjaga diri dari hal-hal yang dapat menjerumuskan manusia ke lembah kenistaan, misalnya pacaran yang tak pernah jauh dari praktik perzinahan. Pribadi yang menjaga diri dan senantiasa memperbaiki akhlak dengan menjaga pandangan dan hati dari hal-hal yang dapat mencemarinya tentu akan menempuh jalan yang ahsan untuk menuju pernikahan. Sembari terus meng-upgrade akhlak diri, niat untuk menyempurnakan separuh diin itu pun mesti dikokohkan sedari awal, yaitu dengan tujuan untuk mencapai sakinah dan meraih ridho Allah SWT.
   Jadi, jika ingin meraih sakinah maka jangan pacaran sebelum menikah? Betul sekali. Lalu bagaimana bisa menemukan kecocokan dan saling mengenal sebelum memutuskan untuk menikah dengan seseorang? Ada solusinya. Pacaran, tak jauh-jauh dari perzinahan yang dapat merusak akhlak dan kesucian jiwa yang dapat menyebabkan Allah tidak meridhoi kita. Jika Allah sudah tak ridho, kemana lagi mencari bahagia. Oleh karena itu, sebagai solusi, manusia perlu merencanakan jodoh terbaik yang dimulai dengan memperbaiki akhlak dan diri sendiri. Manusia tidak akan mampu mendahului takdir, tapi setidaknya, Allah tidak akan mengingkari janji-Nya untuk memasangkan lelaki yang baik dengan perempuan yang baik, begitu juga sebaliknya. Banyak orang yang sombong dan sering melupakan bahwa jodoh adalah kuasa Allah sehingga mereka sering dibutakan nafsu dunia. Na’udzubillah.
Lalu, menikah tanpa didahului cinta, bisakah? Bisa!
Ketika ijab qabul sudah terucap, maka antara suami istri otomatis tercipta hak dan kewajiban atas satu sama lain. Hak dan kewajiban yang indah dan berkah karena melibatkan Allah Sang Mahacinta. Antara laki-laki dan perempuan beriman, cinta yang paling tinggi tentulah kepada Allah SWT. Menjadikan cinta kepada Allah sebagai poros cinta antara suami istri, maka cinta akan tumbuh dengan sendiri antara keduanya tanpa paksaan. Cinta yang seperti ini bahkan lebih indah dan bermakna, penuh kejutan karena apa yang sebelumnya diharamkan, menjadi halal tanpa batasan, sesuai syariat Allah.
   Kalau begitu, sakinah akan tercipta ya? Insya Allah. Dalam pernikahan, ada ruang yang harus kita sediakan untuk saling mengisi dan menerima kekurangan pasangan. Pernikahan tak selalu indah, banyak pernak pernik dengan segala rasa yang setia menyambangi. Jangan sampai timbul penyesalan di kemudian hari ketika pernikahan atau pasangan ternyata tak seindah impian. Akan selalu ada jawaban bagi setiap pertanyaan dan persoalan dalam kehidupan berumah tangga. Jangan pernah takut untuk membina rumah tangga karena jodoh adalah rahasia Allah dan sakinah hanya akan diraih melalui jalan pernikahan yang baik dan “terjaga”. Intinya, niat Anda mengapa ingin menikah, proses yang baik menuju pernikahan, dan proses mencintai untuk menggapai sakinah.
Sesederhana itukah pembahasannya? Tentu tidak. Buku Sayap Sayap Sakinah ini menyajikan menu yang lengkap tetapi lezat untuk disantap, bahasanya ringan dan tak akan susah “dikunyah” juga “ditelan”. Ditulis oleh dua penulis tanah air yang mumpuni yang telah menulis banyak buku fiksi dan nonfiksi, meraih berbagai penghargaan menulis. Sangat direkomendasikan untuk Anda yang sedang menyiapkan diri menuju pernikahan, bagi Anda yang sudah menikah, lengkap dengan pernak-pernik walimah juga kiat sukses berumah tangga. Mari membangun cinta penuh barakah, menyulam sayap sayap sakinah menuju jannah. Aamiiin...
Selamat membaca. Semoga resensi ini bermanfaat.
  


   

0 komentar:

Posting Komentar