Rabu, 24 September 2014

Resensi Novel Syahid Samurai



Judul Buku      : Syahid Samurai
Penulis             : Afifah Afra Amatullah
Penerbit           : PT Era Adicitra Intermedia
Tahun Terbit    : 2002
Tebal Buku      : 192 halaman
Ukuran Buku  : 21 cm
ISBN               : 979-9183-93-6
Harga              : Rp26.000,-

Menjemput Cinta di Medan Syahid

            Johana Rijkaard atau yang kini bernama Khadijah setelah memutuskan untuk ber-Islam dalam nuansa kental sufistik mengira sang mantan suami, Mahmud Ali Syah telah tewas dalam penyerangan tentara KNIL yang dipimpin ayah Johana.  Johana atau Khadijah yang sebelumnya hidup dalam keadaan yang begitu memprihatinkan bersama sang anak di tanah Persia akhirnya mau mengikuti ajakan sang paman untuk tinggal di puri pamannya di Balikpapan.
            Akiro Fujiwara, sang jenderal Jepang yang lebih dikenal sebagai tukang jagal tanpa ampun untuk pertama kalinya bertemu Khadijah dalam keadaan tak sadarkan diri. Jenderal yang begitu setia dengan sumpah samurai dan amat berbakti kepada ammaterasu ommikami itu merupakan prajurit andalan pasukan negeri sakura tersebut. Namun siapa sangka, sang jenderal yang begitu keras dan kejam akhirnya jatuh hati pada sosok Khadijah yang anggun nan sederhana namun begitu tegas.
Mahmud Ali Syah, nelangsa mencari sang Khadijah hingga nasib akhirnya mempertemukan dia dengan seorang bidadari pengganti. Mendirikan kembali pesantren Al-Ikhwah yang pernah porak-poranda.
Rangkaian peristiwa demi peristiwa menegangkan dilalui Khadijah bahkan sampai menjadi tawanan wanita dan menjalani romusha. Akiro, cinta dan kekagumannya kepada sosok sang dewi menyeretnya pada aksi pengkhianatan dan ketertarikan kepada keyakinan baru. Johana, Akiro, Mahmud akhirnya dipertemukan dalam sebuah pertemuan yang memerah rindu dan juga luka di antara ketegangan menghadapi pasukan Jepang dan fitnah dari Suparman beserta antek-anteknya. Akankah Khadijah memilih kembali kepada Mahmud di saat sang mantan suami telah memiliki belahan jiwa yang lain sedangkan di sisi lain ada sosok Akiro yang amat dalam mencintainya? Akankah Akiro menemukan cinta sejati dalam pada sebuah keyakinan yang menggetarkannya? Bagaimana Mahmud menghadapi persoalan hati dan juga kekerasan penjajah? Simak selengkapnya dalam novel perjuangan ini.
***
Syahid Samurai! Novel ini merupakan novel kedua dari trilogi Bulan Mati di Javasche Oranje (BMdJO). Mengisahkan tentang perjuangan para tokohnya dalam menghadapi pergelutan batin menghadapi persoalan pribadi dan juga perjuangan fisik menghadapi penjajah juga antek komunis. Nuansa keislaman yang begitu kental, aksi heroik yang memacu adrenalin, juga konflik batin serta asmara yang mengharu biru. Begitu komplit diracik dalam untaian kata yang mengalirkan berbagai kecamuk rasa ketika membacanya.
            Sebagai novel yang dikategorikan sebagai novel perjuangan ini, setting tahun 1940-an hingga awal kemerdekaan yang digunakan beserta keseluruhan rangkain kisah yang dihadirkan, novel ini mampu menggetarkan idealisme dan getar-getar heroik di jiwa saya sebagai pembaca. Selain itu, yang paling saya sukai adalah nuansa keislaman yang begitu kental yang menunjukkan bahwa kisah yang dituturkan adalah perpanjangan kalam dari sang penulis dalam berdakwah. Sebuah cara yang efektif untuk menyampaikan pemikiran kepada lebih banyak orang tanpa pembaca merasa digurui. Nilai-nilai keislaman yang disampaikan penulis melalui rangkaian cerita juga sangat relevan dengan kondisi umat hingga saat ini dalam menanggapi beberapa hal yang sering menjadi bahan perdebatan masyarakat. Namun, sebagai novel perjuangan dengan nilai keislaman yang kental mungkin sasaran baca dari novel ini kurang merangkul kalangan umum.
            Adapun beberapa hikmah atau nilai yang terkandung dalam kisah novel ini menurut saya sebagai berikut :
·                    Mengikuti atau mempelajari ajaran agama hendaknya tidak bertaklid buta. Persoalan ini saya temukan dalam persoalan yang dihadapi Johana atau Khadijah ketika mengikuti ajaran kesufian yang menganggap bahwa Rabb dan manusia dapat bersatu serta tidak membutuhkan kehidupan sosial dengan sesama manusia.
·                    Hati yang bersih akan mudah menerima nasehat dan hidayah melalui proses pemikiran yang jernih.
·                    Diperlukan sikap yang tegas dan prinsip yang teguh dalam menjalani kehidupan.
·                    Kerelaan untuk lebih menerima keadaan karena ketaatan kepada ajaran Islam, perlunya memenangkan kepatutan dibandingkan kecemburuan dan hawa nafsu.
·                    Dalam sebuah perjuangan bersama dalam melawan kemungkaran, setiap anggota mesti patuh pada perintah pimpinan dan hasil musyawarah bersama.
·                    Tak ada rasa takut dalam memperjuangkan kebenaran dan menjemput syahid.

Itulah beberapa hikmah yang dapat saya ringkaskan setelah membaca novel ini. masih banyak lagi hikmah dan pembelajaran lain yang dapat kita petik dari kisah yang menggetarkan ini. Berdasarkan nilai dan hikmah yang dikandungnya, maka buku ini  sangat layak untuk dibaca oleh siapapun. Untuk mendapatkan kisah utuhnya, pembaca bisa membaca ketiga keseluruhan triloginya (Bulan Mati di Javasche Oranje, syahid Samurai, Peluru di Matamu).

Selamat membaca ^_^



           



3 komentar:

Unknown mengatakan...

mantaff

Unknown mengatakan...

PANJANG BEUT PANJANG

Unknown mengatakan...

HALO

Posting Komentar