Jumat, 08 November 2013

Resensi Novel My Avilla




RESENSI
Judul Buku                  : My Avilla

Penulis                         : Ifa Avianty
Penerbit                       : Indiva Media Kreasi
Tebal Buku                  : 184 Halaman
Ukuran Buku              : 20 cm
ISBN                           : 978-602-8277-49-5
Harga Buku                 : Rp26.000,-

Avilla, Cinta yang Menghantarkan kepada “Cinta”
            Avilla,,, Margriet Avilla Hasan, sosok wanita cerdas dan sholihah itu adalah wanita pertama yang mampu menggetarkan hati lelaki manapun dengan keanggunan dan kehalusan budi pekertinya, tak terkecuali Fajar, seorang pemuda jenius kesepian yang terbelit persoalan keyakinan, idola para gadis di sekolah, termasuk Trudy Carissa Hasan, adik kandung Margriet yang dikaguminya.
            Margriet dan Trudy, dua kakak beradik yang sama-sama cantik, namun kecantikan mereka dibalut dengan kepribadian yang berbeda antara keduanya . Sang kakak, cantik dengan segala kelebihan yang dimiliknya, tak hanya berupa kecantikan wajah dengan mata gemintang yang senantiasa bersinar, tetapi juga sholihah, lembut, anggun, memiliki segudang prestasi akademik, selalu menjadi Crown Princess dalam keluarga.
Adapun Trudy, berwajah cantik pula, namun selalu merasa kalah dari sang kakak, sehingga lebih memilih menggeluti bidang karir yang tak diminati kakaknya, seperti fotografi, dunia modelling, catwalk, dan selalu sibuk dalam hingar bingar dunia remajanya dan tak terlalu peduli dengan akademik. Trudy pun merasa bahwa semua perhatian orang tua dan omanya hanya tertuju kepada Margriet, meski dia dapat merasakan kasih sayang Margriet padanya sangat besar dan tulus kepada dirinya.
            Trudy, berawal dari taruhan dan selalu berambisi menjadi the winner, merasa tertantang untuk menaklukan Fajar, teman sekelasnya yang tampan dan cerdas, namun terkesan pendiam dan terlalu pemalu. Fajar, yang dengan berat hati mendekati Trudy karena sebuah “tugas keluarga” dari sang papa, ternyata memiliki alasan lain untuk akhirnya melaksanakan tugas itu, yaitu kekaguman yang sangat kepada anak sulung keluarga Hasan Hermawan kolega sang papa, Margriet Avilla Hasan, atau yang lebih senang dipanggilnya dengan nama Avilla, My Avilla. Ketertarikannya yang tak hanya karena segudang kelebihan yang dimiliki Margriet, tapi karena Margriet dapat menjawab dan menuntun kebingungannya dalam pencarian dan keinginannya untuk “melayani” Tuhan di tengah kehidupan keluarga Fajar yang menganut dua keyakianan berbeda. Margriet, yang kemudian menyadari dirinya juga jatuh cinta kepada Fajar, cinta pertama, namun tak mungkin diwujudkan tak hanya karena faktor usia yang berbeda, tapi juga karena tak mampu melukai Trudy dan terlebih karena dirinya seorang aktivis muslimah yang tak pantas bermain-main dengan cinta.
            Cinta segitiga, mendatangkan luka dan kekecewaan hingga tahun berlalu melipat usia mereka. Hingga pada akhirnya Margriet menemukan cinta sejati yang terwujud dalam pernikahannya dengan Phil, seorang atheis yang kemudian menjadi muallaf dalam pencariannya menuju Tuhan, Allah Yang Esa. Trudy yang masih kecewa, Fajar yang juga telah mengasingkan diri jauh ke Roma masih dengan kebingungannya. Namun, kebahagiaan tak menyapa lama dalam pernikahan Margriet dan Phil karena takdir yang disebut “maut” memisahkan raga mereka. Masih dalam kesendirian, tahun berlalu hingga Fajar melamar Margriet untuk menjadi istri, justru ketika Fajar dalam keadaan cacat, lalu ditinggalkan begitu saja oleh Trudy bersama rencana pernikahan mereka yang hancur karena penyakit yang diderita Fajar.
*****
            My Avilla, sebuah novel yang mengusung tema pencerahan bagi anak manusia yang mencari kebenaran sejati, dibalut dengan kisah yang begitu romantis. Menghadirkan para tokoh utama yang sebagian karakternya, menurut saya memiliki sifat introvert dan perfeksionis (Margriet dan Fajar), ekstrovert (Trudy), dan yang berada diantara keduanya yaitu Phil. Karakter yang saling mengimbangi dan mengisi dalam cerita. Cara penceritaannya pun berbeda seperti novel kebanyakan. Novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama (aku), dengan penuturan dari sudut pandang masing-masing tokoh utama dan beberapa tokoh figurannya. Jadi, setiap bab dalam novel ini, berisi penuturan dari setiap tokoh mengenai perasaan atau kejadian yang mereka alami dan rasakan, yang semuanya menyatu dan terangkum menjadi suatu cerita yang utuh tanpa adanya kesan tumpang tindih dari cerita masing-masing tokoh. Kisah dan penuturan yang terangkum dalam plot yang begitu apik dan menarik, membuat ingin dan ingin terus membaca untuk mengetahui kelanjutan kisahnya.
            Penggambaran watak para tokoh pun menarik, kadang saya berpikir, apa iya ada wanita sesabar tokoh Margriet seperti dalam novel ini, yang selalu bersikap sangat baik dan lembut, bahkan ketika musibah yang menimpa kehidupannya juga disebabkan sang adik sendiri. Seperti tokoh Phil juga, digambarkan sebagai pria nan amat romantis. Begitu pula dengan tokoh Fajar dan Trudy, yang meski digambarkan dengan masalah dan watak masing-masing. Namun, penggambaran sebagian watak para tokoh menurut  saya kadang cenderung teramat lembut dan romantis.
            Pada bab-bab pertama membaca novel ini, saya mengalami “sedikit” rasa bosan karena cerita yang terasa agak datar dan kadang membuat kening berkerut karena beberapa penggunanaan bahasa asing, atau kadang saya melompat dan melewati bagian syair-syair atau liril-lirik lagu berbahasa asing yang menurut saya terlalu banyak dalam novel ini. Namun, emosi saya mulai “hidup” ketika di pertengahan cerita babak kemunculan tokoh Phil yang agak jenaka mulai ditampilkan. Emosi saya semakin terkuras dan berakhir dengan air mata yang menitik ketika sang tokoh jenaka dan romantis itu pada akhirnya “pergi” dengan cara yang tragis di tengah kebahagiaan yang sedang hangat-hangatnya dalam rumah tangga.
            Sejenak mencermati penulisan di beberapa halaman, saya menemukan ketidakkonsistenan dalam penggunaan  kata ganti aku dan saya di akhir dialog. Dari awal hingga akhir dalam novel ini menggunakan kata ganti aku. Hanya pada akhir dialog berikut yang saya tebalkan saya menemukan kekeliruannya, yaitu , “Oh, roti Tan Ek Tjoan, ya? Yang rasa mocca enak bener tuh,” sambung saya (awal halaman 21) dan “Wa’alaikumsalam,” saya menjawab ...... (akhir halaman 39).
            Membandingkan dengan novel-novel lain karya Mbak Ifa Avianty, novel My Avilla ini merupakan novel yang agak “berat” dengan tema berbeda, yaitu pencerahan. Novel yang bagus untuk dibaca dan direnungi, terlebih untuk kita para insan yang seringkali khilaf dan lupa pada Rabb Yang Esa. Sangat bagus juga dibaca oleh para mereka yang mungkin mengalami masalah yang sama dengan beberapa tokoh, semisal Fajar dan Phil pada novel ini, dalam mencari kebenaran tentang Tuhan.
Membaca novel My Avilla ini bisa membuat kening berkerut, pipi merona karena kosah romantisnya, tersenyum, terharu bahkan menitikkan air mata. Sangat layak dibaca dan menambah koleksi buku bagi kita pecinta sastra tanah air.
Sekian resensi saya, semoga bermanfaat. Selamat membaca dan semoga mampu mengambil hikmah positif dari setiap apa yang kita baca.  ^_^

0 komentar:

Posting Komentar