RESENSI
Judul Buku : A Cup of Tarapuccino
Penulis : Riawani Elyta & Rika Y. Sari
Penerbit : Indiva Media Kreasi
Tebal Buku : 304 halaman
Ukuran Buku : 19 cm
ISBN : 978-602-8277-88-4
Harga Buku : Rp39.000,-
Secangkir Cinta, Rindu, Dan Harapan
Ada seseorang dari masa lalu.
Seseorang yang hampir menjadi bagian penting dari kehidupannya. Sosok yang tak
pernah ia temui, pun juga tak mengetahui
meski sekedar namanya. Namun entah mengapa menautkan harapan ketika pertemuan
yang tak pernah terencana itu muncul kembali seiring waktu tanpa mereka
menyadarinya.
“ Saat pertama kali melihatnya, kau akan merasa seolah melihat sebuah
peach dengan warna kulitnya yang cantik, membuat orang pasti tak tahan untuk
mengupasnya, dan isi di dalamnya juga tak kalah mempesona. Tapi, di saat kau
memakannya, pertama-tama kau akan terkejut dengan rasa asamnya yang sangat.
Tapi saat kau terus mengunyahnya, kau akan merasakan rasa dan sensasi yang luar
biasa, sensasi rasa yang elegan, yang membuat kau tak akan bisa melupakannya.”
Ungkapan “pamungkas” yang hingga
detik akhir masih tak dimengerti Diaz tentang gambaran seorang gadis yang akan
dita’arufkan dengannya, namun tak bisa ia temui karena takdir lain yang menimpa
memaksanya untuk menjalani kehidupan yang berbeda dengan yang pernah
dibayangkan sebelumnya. Hingga perjalanan waktu mempertemukannya dengan Tara di
saat kritis hidupnya.
Tara, seorang wanita cerdas nan
sopan dan perfeksionis yang menjunjung tinggi prinsip-prinsipnya dalam
menjalankan usaha bakery yang dirintisnya bersama Raffi, sang sepupu. Tak
pernah terlintas pikiran lain selain menjalankan bakerynya hingga kehadiran
sosok pemuda jangkung penggemar cinnamon cappuccino itu, Hazel, yang selalu
rutin hadir di bakerynya itu hingga menjadi partner kerjanya, mampu mengusik
sisi lain hati Tara dalam nuansa yang sama sekali bernbeda dengan yang ia rasa
sebelumnya, bahkan terhadap Raffi yang ternyata memendam sebentuk rasa yang
sama kepada Tara seperti rasa yang Tara rasakan kepada Hazel.
Goresan takdir yang memberikan Tara
dan Hazel nasib yang berbeda, namun menyelipkan rasa yang sama, tragis, tak
terungkap maupun terucap, karena kerasnya garis kehidupan yang mesti dijalani
Hazel maupun Diaz, namun justru disadari Tara saat pemuda itu telah menghilang.
Diaz dan Hazel, yang ternyata satu wujud, dan sosok yang sama yaitu pemuda yang
hampir menjadi bagian dari hidup masa lalunya tersebut. Sayang, pertemuan
mereka yang mengejutkan dua tahun berselang, dengan perasaan yang tak kunjung
lekang, entah akankah terwujud di saat Tara telah menerima lamaran sepupunya,
Raffi.
***
Membaca novel ini meninggalkan kesan
haru di hati saya. Tentang perjuangan hidup seorang Diaz atau Hazel, kerasnya
kehidupan baginya hingga rasa cinta yang menguarkan rindu dan harapan yang
terwujud dengan kehadiran raga namun takdir membuat harapan itu terasa sulit
hingga ke akhir cerita.
Menurut saya, alur cerita yang dihadirkan
dalam novel ini menghadirkan poin plus tersendiri. Gaya bercerita yang begitu
lincah, hidup, dan sangat detail membuat saya sekan-akan berada dalam cerita, serasa
berada di kota Batam di sebuah bakery yang terasa begitu sempurna bentuk,
kegiatan, owner,serta para karyawan, dengan aktivitasnya yang terasa begitu
riil dan hidup. Seakan-akan saya mampu menghirup harum aroma cappuccino,
disajikan dengan seiris roti hangat yang begitu menggiurkan dan menggugah
selera. Bahkan menghadirkan imaji seandainya saya juga bisa membangun kedai
roti seperti itu di kota saya
Kisah Tara dan Hazel (Diaz) juga
dihadirkan dengan begitu bagus, menghadirkan harap dan praduga saya tentang
endingnya yang ternyata berbeda dengan yang saya pikirkan. Mampu menghadirkan
rasa haru dan sejumput harapan tentang kisah mereka di akhir dalam kehidupan
nyata ketika selesai membaca novel ini.
Sulit bagi saya menemukan kelemahan
dalam novel ini karena deskripsinya yang begitu mendetail. Pun pada sikap dan
watak para tokohnya, Tara yang begitu perfeksionis sikap, pemikiran, dan
penampilannya, Diaz / Hazel yang berada pada lingkaran nasib dan perjuangannya
yang terasa begitu riil, serta Raffi yang protektif. Karakter yang saling
mengimbangi. Namun akhir cerita sedikit mengusik bagi saya karena akhir cerita
tentang kisah perasaan antara Tara dan Hazel tak diakhiri melainkan dibiarkan
menggantung. Pelemparan akhir cerita yang diserahkan kepada pembaca entah
ditafsirkan bahagia atau kasih tak sampai. Sebagai pembaca, tentunya saya lebih
berharap jika kisah mereka diakhiri dengan bahagia, misalnya pembatalan
pertunanagn antara Tara dan Raffi, serta Raffi yang berbesar hati memberikan
kebahagiaan itu kepada Tara dan Hazel. Serta bagaimana Hazel dapat bertemu
kembali nantinya dengan adik-adik tirnya. J
Dibandingkan dengan novel Tarapuccino
(A Cup Tarapuccino sebelum revisi), tentu saja pada edisi yang telah direvisi
ini kisah dihadirkan lebih lengkap. Terdapat penambahan deskripsi yang lebih
padat pada sebagian besar babnya, penambahan bab baru, prolog, epilog, flashback
story, perubahan ukuran buku, cover yang lebih kalem dari sebelumnya, intinya
novel ini lebih apik dan sempurna. Membaca buku ini akan memperkaya nuansa
sastra dalam diri pembaca, khususnya pecinta sastra-sastra original karya
penulis dalam negeri. Belitan konflik yang disajikan dalam buku ini akan memacu
adrenalin untulk segera menuntaskannya. Salah satu buku yang tak akan bosan
dibaca berulang-ulang. Sangat layak untuk kita miliki.
Semoga resensi
ini bermanfaat dan selamat membaca ^_^
4 komentar:
kereeeen cuy
ahhayyyy ^_^
yg di blog, penilaiannya kaya gimana?
wah, punya dua2nya, makasih yaa reviewnya :D
Posting Komentar