Judul Buku : Sayap Sayap Mawaddah
Penulis : Afifah Afra
Riawani Elyta
Penerbit : Penerbit Indiva
(Indiva Media
Kreasi)
Tahun Terbit : Juli 2015
Tebal Buku : 208 hlm
Ukuran Buku : 19cm
ISBN : 978-602-1614-65-5
Mawaddah,
Asyiknya Memadu Cinta dengan Gairah
Abu
Hasan al-Mawardy, dalam an-Nukat Wa al-‘Uyun menjelaskan tentang mawaddah yang disarikan dari QS.ar-Rum :
21 yaitu sebagai al-Mahabbah (kecintaan),
al-Jima’ (hubungan badan),dan mencintai (kecintaan terhadap) orang dewasa.
Maka, dapat didefiniskan bahwa mawaddah
merupakan semacam perasaan cinta yang bersifat passionate (gairah), sebagaimana yang terjadi antara dua orang yang
berlawanan jenis. Rindu dendam, mabuk cinta, merasa ingin selalu berdekatan
dengan luapan kegairahan, ini adalah mawaddah.
Satu-satunya ekspresi mawaddah yang
diizinkan dan bahkan bisa bernilai ibadah adalah kepada suami atau istri,
berupa jimak atau hubungan seksual. Tanpa hubungan pernikahan, hubungan seks
dihukumi zina. (Sayap Sayap Mawaddah, hlm 24).
Mawaddah
identik dengan keromantisan suami istri dalam rumah tangga. Tanpanya, dapat
dibayangkan seperti apa hubungan bersama pasangan. “Dingin.” Komunikasi hanya
sekedar basa basi. Hubungan suami istri kian merenggang, bahkan, bahaya yg
paling dikhawatirkan adalah munculnya “orang ketiga”. Wah,,, seremmm... Lantas,
bagaimana dan apa yang mesti dilakukan agar rumah tangga senantiasa hangat dan
dipenuhi romantisme cinta? Bagaimana kalau pasangan bukan orang yang romantis?
Kalau orang ketiga sudah terlanjur hadir, haruskah memilih mundur dan patah
hati? Eittss. Jangan menyerah. Yuk kita simak pembahasan dari Sayap-Sayap
Mawaddah. Siap-siap ya... J
*****
Sebelum
membahas tentang isi bukunya, yuk kita berkenalan dulu dengan buku ini dan penulisnya.
Buku Sayap-Sayap Mawaddah ini merupakan seri kedua dari buku sebelumnya,
Sayap-Sayap Sakinah. Kedua buku ini adalah buku duet nonfiksi karya Afifah Afra
dan Riawani Elyta yang bergenre pernikahan. Jika dalam buku Sayap-Sayap Sakinah
yang dibahasa adalah dasar-dasar pernikahan, maka dalam buku Sayap-Sayap
Mawaddah ini pokok pembahasan difokuskan
kepada permasalahan suami istri dalam rumah tangga dengan mawaddah sebagai fokus utama. Melengkapi pembahasan kedua
penulisnya, ada juga bab khusus yang ditulis oleh dr.Ahmad Supriyanto yang tak
lain adalah suami dari Afifah Afra. Ada bonusnya juga, berupa lima naskah
inspiratif tentang pernikahan dari pemenang “Lomba Menulis Kisah Sejati Miracle
Of Love In Marriage” yang pernah diadakan Indiva.
Hadir
dengan cover berwarna merah merona, identik dengan gairah, attraktif dan
menarik, sehingga sangat sesuai dengan temanya serta memikat mata yang
memandang untuk kemudian dibaca. Desainnya elegan dengan pernak-pernik yang
menarik. ^_^
Nah,
kita lanjut yuk...
Sebuah
hasil survey menyatakan bahwa negeri kita tercinta, Indonesia, menempati urutan
teratas atau memiliki angka perceraian tertinggi se-Asia Pasifik. Selain itu,
berdasarkan data-data yang dirilis pengadilan agama di Indonesia menyatakan
bahwa 70% dari gugatan perceraian itu diajukan oleh pihak wanita (istri) dengan
alasan ketidakharmonisan. Mengapa? Apa para istri megalami krisis kasih sayang
dari suami? Bisa jadi. Yang jelas, tingginya angka perceraian tersebut
mencerminkan betapa mawaddah
seringkali terlupa untuk dipraktikkan sehari-hari dalam kehidupan berumah
tangga.
Memangnya,
apa itu mawaddah?
Mawaddah berasal dari kata wadda-yawaddu-wuddun-mawaddatan
yang artinya adalah cinta. Secara spesifik, seperti dijabarkan dalam tafsir
Ibnu Abbas, mawaddah diartikan cinta
seorang istri kepada suaminya. Menurut Imam Baidlowi, mawaddah dikiaskan dengan jima’ (hubungan seksual antara suami
istri), sedangkan menurut ar-Razi, kata mawaddah
merupakan cinta seksual yang muncul dari hal-hal yang bersifat fisik. Di dalam
Al-Quran, mawaddah disebut kan
sebanyak 29 kali, sementara mahabbah dengan berbagai bentuknya disebut sebanyak
95 kali. (Sayap sayap Mawaddah, hlm
28).
Berangkat
dari definisi bahwa mawaddah
merupakan cinta penuh gairah antara suami istri, maka dapat dipahami mengapa
adanya mawaddah dalam kehidupan
berumah tangga merupakan sebuah syarat mutlak mewujudkan rumah tangga yang
harmonis dan menghidupkan kehidupan. Mawaddah
akan menghasilkan rahmah atau perasaan kasih sayang yang melanggengkan
kehidupan rumah tangga. Tanpanya, kehidupan rumah tangga menjadi kering
kerontang, keromantisan menguap entah kemana, bahkan menjadi hal tabu yang tak
lagi indah pada pasangan.
Padahal,
mawaddah merupakan unsur penting yang
harus terlaksana. Mengapa? Karena laki-laki dan perempuan memiliki ketertarikan
seksual atau Gharizah an-nau’. Pada
laki-laki yang lebih dominan hasrat seksualnya, maka penyaluran kebutuhan
biologis ini menjadi sangat penting dan genting bila tidak tersalurkan.
Sebaliknya, pada perempuan, hasrat seksual ini harus diawali dengan perasaan
cinta berupa kasih dan sayang dari suami. Perbedaan ini bila disatukan dengan
kemauan untuk saling memahami, maka akan menjelma sebuah hubungan intim yang manis
dan romantis suami istri yang tentu mencipta kepuasan. Apabila suami istri
memperoleh kepuasan ini dalam rumah tangga, maka godaan munculnya wanita atau
pria idaman lain setidaknya dapat ditepis.
Lalu
jika hasrat kepada pasangan telah memudar, atau si dia sudah terlanjur
selingkuh, haruskah memilih bertahan, poligami, atau bercerai? Wah, ini sebuah
pertanyaan berdasar fenomena”kekinian” yang pasti disambut antusias oleh kaum
wanita. Sebelum memutuskan mengambil pilihan kedua dan ketiga, ada baiknya kita
belajar lagi untuk mencintai pasangan, berusaha memandang hal-hal positif yang
bisa dipetik dari musibah yang menimpa rumah tangga kita. Terkadang, pembuktian
cinta diperlukan ketika musibah melanda, bukan? Jangan sibuk menanyai diri
sendiri juga pasangan, mengapa dia berpaling? Karena jawabnya ada pada diri dan
pasangan dan juga faktor eksternal lain. Maka, romantislah. *-*
Akan
tetapi, jika pasangan bukan orang yang romantis, bagaimana? Jangan khawatir.
Dalam buku ini, penulis menjelaskan dengan baik apa yang mesti dilakukan.
Menggunakan bahasa yang renyah dan attraktif, penulis mengajak pembaca
berdialog sehingga para pembaca tidak akan mendapatkan kesan digurui ketika
membaca buku ini. Sebaliknya, akan diperoleh kesan nyaman dan santai sehingga
pembaca pun akan lebih mudah menyerap apa - apa yang disampaikan penulisnya. Kadang-kadang
bahasannya membuat saya ketika membacanya jadi senyum – senyum sendiri, merona
malu, bersemangat, serius, dan antusias dengan segala rencana untuk segera
mempraktikkan tips – tips dan langkah konkrit yang disampaikan penulis dalam
buku ini. Bagi saya, inilah yang menjadi salah satu kelebihan dari buku ini. Meskipun
mengangkat tema yang serius, tapi dari segi bahasa yang digunakan bukan bahasa
yang berat sehingga para pembaca tak perlu mengerutkan kening untuk mencerna
apa yang disampaikan penulis dalam buku ini. Bahkan, penmbaca seolah-olah
diajak berdialog oleh penulis sehingga tercipta perasaan “dekat” dan nyaman
kala membacanya. Ada “koneksi jiwa”, begitulah saya menerjemahkannya.
Berdasarkan
tema yang diangkat, yaitu seputar pernikahan, dengan menyoroti permasalahan
yang sering dialami oleh pasangan suami istri dan menjadi faktor penting dalam
menjaga keharmonisan dan keutuhan rumah tangga, buku ini adalah solusi yang
saya rasa “wajib” untuk dimiliki guna menjadi referensi. Tentunya tak bermaksud
mengesampingkan buku-buku yang lain dengan tema serupa. Tapi bagi saya yang
sudah membacanya, saya merasa klik dan bisa mempraktikkan langsung tips-tips
dari buku ini dalam kehidupan rumah tangga saya sehari-hari. Selain itu,
tebalnya pas sehingga gampang dibawa kemanapun, bisa dibaca kapan dan dimanapun.
Cocok dibaca oleh mereka yang masih lajang, yang akan menyiapkan pernikahan,
pasangan muda atau baru menikah, juga pasangan yang sudah lama menikah dan ingin
menghangatkan kembali bara-bara asmara dalam rumah tanngga. Cocok juga untuk
menjadi kado pernikahan ^_^
Sejajar
dengan seri sebelumnya, Sayap – Sayap Sakinah, maka tentu kedua buku ini saling
melengkapi dengan bahasan pokok yang berbeda, dengan gaya bahasa yang ringan
dan renyah. Namun, karena tema buku ini lebih mendalam tentang cinta dengan
cover yang lebih “berani”, terasa lebih menggemaskan karena memang, tema cinta
selalu asyik untuk dibahas. Mau, mau, dan mau lagi. Kita pun berharap agar seri
selanjutnya, Sayap – Sayap Rahmah segera hadir untuk melengkapi kedua buku ini.
Akhirnya,
saya sangat merekomendasikan Sahabat semua untuk membaca dan memiliki buku
bagus ini. Sarat muatan ilmu untuk tetap menghangatkan hubungan bersama
pasangan. Buku yang bagus, mengandung muatan ilmu yang bermanfaat untuk
sebanyak-banyaknya orang lain.
Yuk,
miliki bukunya. Selamat bertamasya di kebun kata. Jangan lupa memetik buahnya,
ilmunya, untuk disuguhkan kepada pasangan terkasih Anda. Semoga resensi ini
bermanfaat.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb...
NB : Ikutan giveaway promtwit #Sayap2Mawaddah yuk, berhadiah paket buku menarik dari Penerbit Indiva dan tas HPO cantik dari LSM Seroja lho.. Yuk cek infonya ke blog Mbak Riawani Elyta, klik di sini ya... ^_^
Terima kasih ya Sri...reviewnya selalu komplit dan detil :)
BalasHapusSama-sama Mbak,, alhamdulillah, senang bisa review karya - karya Mbak ^_^
BalasHapusResensinya lengkap sekali. ^_^
BalasHapusWah, terima kasih dah mampir Mbak Kazuhana El Ratna ^_^
Hapuspenasaran, saya belum baca yang seri sakinah, tapi jadi pengen baca, dan pengen punya,,, ^^
BalasHapusAyo Mbak koleksi serinya, Insya Allah sangat bermanfaat dan kaya ilmu ^_^
HapusHeuheu, perlu buku ini untuk menyalakan api cinta dalam RT #tsaah
BalasHapus